89 Triliun Disiapkan Rusia untuk Penduduknya Agar Mau Punya Anak

89 Triliun Disiapkan Rusia untuk Penduduknya Agar Mau Punya Anak. Jika di negara kita digalakkan Keluarga Berencana (KB) dengan dua anak saja cukup atau anak yang baru lahir sudah ada tanggungan utang negara sekian juta, di Rusia ada kebijakan yang jika diterapkan di Indonesia, mungkin banyak yang akan mendukungnya. Untuk mendorong tingkat kelahiran bayi di Rusia, Vladimir Putin (Presiden Rusia) mengumumkan sejumlah kebijakan. Putin akan memberikan satu kali pembayaran bagi orangtua yang melahirkan anak kedua, bernilai sekitar 7.600 dolar, termasuk mereka yang melahirkan anak pertama. Menurutnya, tingginya tingkat kelahiran bayi di Rusia sangat penting bagi masa depan negara itu meski harus menelan biaya minimal 6,5 miliar dolar (Rp89 triliun) untuk tahun ini saja. Demikian diantara isi pidato Putin, dalam pidato negara bangsa di depan para elit politik Rusia, Rabu (15/1/2020).

Putin menyatakan situasi demografis sangat sulit. Putin mengusulkan dana untuk keluarga berpendapatan rendah dengan anak kecil, tunjangan untuk para ibu pertama, dana lebih besar untuk keluarga dengan lebih banyak anak dan menciptakan lebih banyak tempat untuk penampungan anak.

Putin menyebut, kemiskinan membuat orang tidak ingin memiliki keturunan. Untuk itu ia menawarkan insentif keuangan baru untuk meningkatkan angka kelahiran.

"Tugas historis kita adalah merespon tantangan ini". "Nasib dan prospek sejarah Rusia tergantung pada seberapa banyak kita di sana. Itu tergantung pada berapa banyak anak yang lahir di keluarga Rusia dalam satu tahun, lima, sepuluh tahun, dan  menjadi apa mereka saat tumbuh nanti", ungkap Putin sebagaimana dilansir AFP.

Kementerian Keuangan memperkirakan janji sosial baru oleh Putin itu akan menghabiskan dana antara USD 6,5 miliar hingga USD7,31 miliar tahun ini, dan biaya itu akan ditingkatkan dalam beberapa tahun mendatang. 

Putin telah menghadapi berbagai masalah demografi sejak dia menjadi presiden pada 2000.

Rusia mengalami penurunan angka kelahiran karena generasi yang menjadi orangtua saat ini lahir pada 1990-an. Angka kelahiran turun secara drastis karena ketidakpastian ekonomi. Populasi Rusia turun dramatis pada 1990-an saat ekonomi dan kondisi sosial sulit setelah runtuhnya Uni Soviet.

Upaya sebelumnya dalam memperbaiki situasi itu tidak berhasil. Para ekonom khawatir tentang apa dampaknya memiliki tenaga kerja lebih sedikit bagi ekonomi. Pada 2018, populasi Rusia sebanyak 147 juta, jumlah itu termasuk Crimea meski internasional tak mengakuinya sebagai wilayah Rusia.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama